Dia (1)
Semasa di rumah kontrakan, dia yang paling menderita. Dipakai bergiliran tiap hari. Hampir semua orang. Tak kenal istirahat. Tak pagi, tak siang, tak malam, tak henti-hentinya dipakai. Bahkan hingga saat bulan puasa, dia juga tetap dipakai. Bahkan sampai saya terbangun saat subuh, saat teman saya sahur, dia masih dipakai. Jika dipikir lagi, sungguh dia yang paling menderita. Saat teman yang satu pergi keluar membeli makan untuk sahur, giliran teman yang lain yang memakai. Masa itu, tak kenal istirahat, dipakai terus. Dimasukkan terus. Iya, dia komputer saya. Waktu itu saya menyebutnya dengan 486DX. Komputer kesayangan tapi sudah menghasilkan sekian banyak … Lanjutkan membaca Dia (1)