
Bali. Menari. Sebagai orang Bali, saya mungkin termasuk anomali. Dulu, awal datang di Surabaya, setiap memperkenalkan diri (yang orang selalu meributkan nama saya yang panjang sekali), saya selalu ditanya pertanyaan standar untuk menandai bahwa saya orang Bali. “Apakah kamu bisa menari?” “Apakah kamu bisa bikin patung?” “Apakah kamu bisa berenang?” Semua pertanyaan itu saya jawab “tidak”. Belum lagi, penanda-penanda lain menurut versi teman saya adalah “ciri” orang Bali, seperti:badan kempol, bertato, rambut gondrong, pintar main gamelan. Wah, celaka tiga belas. Saya tak punya semua ciri itu. Iya, saya tidak bisa berenang walau tinggal di daerah pantai. Saya tidak bisa bikin … Lanjutkan membaca